Jarum
detik terus berlalu tanpa henti. Membungkamku yang kian tenggelam dalam sunyi.
Memeluk rindu yang semakin menyergap dalam kesepian yang tak bertepi. Entah
sudah berapa juta kali rindu ini mengepungku.
Berulang
kali aku mengatakan kata seperti ini. Mungkin saja kau bosan dengan isi pesan
singkatku yang monoton. Entahlah, sudah berapa kali aku menanyakannya, namun
apa kau mengerti dibalik kata “Sedang apa?” yang ku kirimkan padamu tersirat
ungkapan “Aku ingin bersamamu, melakukan beberapa hal berdua,”.
Entah
aku pun tak mengerti, berapa banyak aku mengatakan hal ini kepadamu. Tapi
tidakkah kau tahu, dibalik kata “Aku telepon kamu ya,” terselip nyata ungkapan
“Kapan bisa bertemu? Tidak hanya bertukar sapa melalui pesan singkat ataupun
telepon semata,”
Ah,
mungkin aku terlalu berlebihan. Namun apakah rindu sanggup berbohong? Hanya
karena aku tak begitu sering mengungkapkan “Aku merindukanmu,” bukan berarti
gejolak itu tak ada. Aku hanya tak ingin kau tahu seberapa besar aku merindumu.
Aku
hanya ingin menikmati rona mega di langit senja bersamamu. Memandang
kilauan-kilauan jingga penuh pesona, bernyanyi bersama deburan ombak di pantai.
Ah tapi aku sadar, harapan itu terlalu tinggi.
Comments
Post a Comment