Angin sepi membelai jiwa rapuhku yang sunyi tanpa hadirmu.
Seolah menyentuh perih hati yang tak akan mudah untuk tersingkap oleh waktu.
Desirnya seolah berusaha untuk menghiburku di tengah tangis yang tiada pernah terungkap.
Mencoba tenangkan ku di tengah rindu yang semakin memaksaku untuk
mengungkapkannya.
Aku ingin menyentuhmu. Walau hanya bayang semu mu yang
bisa aku rasakan. Aku ingin memelukmu, walau aku tahu, hanya harapan kosong
tentangmu yang aku miliki. Aku ingin kau ada di sini obati luka hati ini, walau
aku tahu itu tak akan menjadi sebuah cerita yang nyata.
Aku merindukanmu. Walaupun aku mengerti, rindu ini hanya
bisa aku peluk sendiri hingga nanti. Aku menyayangimu, walau aku mengerti,
tiada lagi celah di hatimu untuk sayang ku. Aku pun mengerti, sudah seharusnya
aku pergi dan meninggalkan semua angan-angan kosong yang tak akan mungkin
menjadi untaian kisah nyata di hidupku.
Namun, tak mudah bagiku untuk pergi dari mu, tak mudah
bagiku untuk melupakan semua tentangmu, tak mudah bagiku untuk melupakan
bayanganmu dari hidupku. Dan, tak mudah bagiku untuk melepas semua kenangan
kita dan merelakannya di telan mentari yang akan terbenam.
Aku masih menantimu, di ujung jiwa yang sudah terlampau
sepi tanpa mu. Aku masih menunggumu di atas luka yang tiada mudah untuk
terobati. Aku masih mengharapmu di tengah waktu yang terus berputar tanpa
henti. Aku masih menantimu, aku masih menunggumu, dan aku masih mengharapmu di
dalam buih-buih kenangan yang akan berlayar di tengah samudra waktu.
Kamu masih berharap pada seseorang (bukan aku) . .
ReplyDeleteTidak semua "AKU" dalam tulisanku berkisah tentang diriku sendiri
Delete