Senja ini hujan kembali turun. Menghadirkan hembusan
dingin yang membawa sejumlah kenangan juga kisah tersendiri. Aku kembali
tenggelam dalam nada-nada yang diciptakan oleh gemericik air hujan di luar
sana. Rintik yang seolah memberikan alunan indah dalam jiwa.
Aku di sini, terdiam di balik jendela kamarku dan masih
memandang lurus ke tengah rintik hujan di luar sana. Ada banyak hal yang
tersimpan di balik tetes-tetes air hujan itu, tentang cerita masa lalu, tawa,
canda, air mata bahkan cinta. Entah dari mana aku harus mulai menceritakannya,
semua kisah itu terasa begitu acak.
Sejak kecil aku menyukai hujan, menyukai hawa dinginnya,
suara tetesan air yang mengenai atap-atap rumah, juga menyukai aroma khas dari
tanah basah. Namun di balik itu, aku begitu takut pada petir juga suara gemuruh
guntur. Aku masih ingat ketika aku bermain hujan di kota kelahiranku, Madiun. Ah
kota itu, terlalu banyak kenangan yang terukir di sana. Hujan juga menyimpan
cerita tentang aku dan kamu. Iya, kamu yang pernah singgah di masa laluku.
Tentang dia, seseorang yang benar-benar mengetahui bahwa aku menyukai hujan. Kenangan-kenangan
dalam hujan itu tak akan pernah mudah untuk terhapus. Seseorang dalam buku yang
pernah aku baca mengatakan, “Kenangan
memang serupa cinta. Bagian peradaban manusia yang tak pernah basi dibicarakan,”.
Comments
Post a Comment