Semua tak
lagi sama, bahkan tempat itu, langit itu dan udara itu. Ah, semua serba berbeda
sesaat setelah kau menjauh pergi dari sisiku untuk sebuah alasan yang tak jelas
asalnya. Kau tahu aku tersakiti? Kau tahu hati ini tersayat? Tidak, kau tidak
dan tidak akan pernah tahu, karena kau bukan aku dan selamanya tak akan pernah
menjadi diriku. Kau tak akan pernah merasakan bagaimana sakit ini menusukku.
Aku masih
berdiri di tempat ini. Tempat di mana kita pernah bersama, walau itu hanya satu
setengah jam dalam sehari dan hanya dua kali dalam seminggu. Aku masih menunggu
hadirmu di sini, walaupun itu hanya bayangmu. Aku mengerti, amat sangat
mengerti bahwa kau tak akan datang ke tempat ini, namun entah mengapa sulit
bagiku untuk menyadari bahwa tak ada lagi dirimu yang dulu dan tak ada lagi
kita yang dulu. Semua telah berbeda.
Maafkan
aku. Maaf, karena aku masih berdiri di tempat ini dan selalu menunggu hadirmu
yang tak akan hadir entah sampai kapan. Maaf untuk setiap rindu yang masih
tersisa untuk dirimu. Maaf, karena rindu ini tak memiliki tempat berlabuh
selain pada dirimu. Walaupun aku tahu, hatimu bahkan telah tertutup untuk
sekedar membelai rinduku dan menyadarkanku bahwa tak ada lagi cinta seperti
dulu.
Maaf untuk
sepercik rindu untukmu yang masih aku genggam hingga kini. Maaf untuk rindu
ini, walau aku tahu ini hanya rindu sepihak yang tiada pernah terbalas olehmu.
Karena aku mengerti, merindukanmu laksana membaca puisi yang terukir pada
langit malam. Gelap tak terbaca.
Comments
Post a Comment