Akan ada saatnya kau merasa kehilangan dirimu, ketika kau berjuang sekuat tenaga agar disukai banyak orang dengan berperan sebagai orang lain. Aku sudah pernah melakukannya. Tidak ada kebahagiaan yang aku dapatkan. Nyatanya, aku semakin jauh kehilangan diriku. Jauh, dan semakin jauh lagi.
Akan ada saatnya kau merasa sendiri, meskipun dikelilingi oleh banyak orang. Dan, aku sudah merasakannya. Merasa bahwa tidak ada yang benar-benar memahamiku, bahkan orang-orang terdekatku.
Apa yang bisa aku lakukan?
Meratapi nasib lantas menyerah? Tidak !
Aku terus saja menutupi semuanya, luka, lara, dan air mata. Aku menyimpannya untuk diriku sendiri tanpa ada seorang pun yang mengetahui. Aku berusaha semampuku hanya untuk menunjukkan pada banyak orang bahwa aku bahagia, meski itu hanya topeng belaka.
Hey kau tahu, aku memiliki dua wajah dan dua sisi. Satu wajah dan satu sisi yang tidak diketahui orang lain.
Aku bisa tertawa bebas, lepas, seolah tidak memiliki beban ketika bersama orang lain. Bersikap seolah aku menikmati suasana itu. Meski dalam hati, sering kali aku ingin berlari dan berteriak. Menunjukkan pada mereka bahwa aku tidak baik-baik saja.
Namun, ketika aku berada di tempat dimana aku sendiri dan tidak ada orang lain di tempat itu. Aku melepaskan semua. Semua perih dan rasa sakit yang menyiksa.
Air mata, pena, kertas, dan untaian-untaian kata menjadi saksi akan luka-luka yang terukir jauh di dalam hati. Menjadi penenang, ketika aku sudah jatuh terpuruk dan tidak ada seorang pun yang mampu menghiburku.
Teman?
Sejujurnya, aku tidak terlalu percaya pada kata bernama teman. Selama ini, aku belum benar-benar bisa memercayai orang lain. Teman-teman yang ku temui hanya singgah, lantas berlalu ketika kepentingan mereka telah terpenuhi.
Inilah aku. Sisi kelam dalam diriku yang tidak pernah diketahui oleh orang lain selama ini.
Comments
Post a Comment