Ada kalanya senja menjelma sendu-sendu yang membelenggu. Menceritakan padamu perihal rasa sakit patah hati, penolakan, hingga pengabaian. Mungkin dari situ kau akan tahu luka seperti apa yang menjeratku saat itu. ketika aku berjuang mempertahankan mu, namun hanya pengabaian yang kau beri untukku.
Ada alasan yang tidak bisa ku jelaskan hingga aku memilih bertahan. Sebuah keyakinan yang selalu ku yakini, bahwa kau memang orang yang tepat untukku. Aku mengabaikan semua rasa sakit dan perih yang kau berikan. Karena saat itu aku begitu yakin, dalam dirimu aku menemukan bahagiaku. Hingga aku tetap bertahan meski terluka berulang kali.
Kau memilih datang dan pergi sesukamu. Meninggalkanku bersama luka-luka yang perlahan membunuhku. Bagimu, aku hanya tempat pelepas gundah, pelipur lara, dan penghilang lelah. Kau tidak tahu, bahwa aku juga bisa berhenti kapan saja. Kau terlalu jauh berlari, hingga tidak menyadari bahwa kini aku telah berhenti mengejar.
Aku memilih diam di tempat, melihatmu yang masih terus berlari semakin jauh tanpa menoleh ke belakang, ke arahku. Sedikit demi sedikit aku mencoba melangkah mundur. Meski rasa itu masih tetap ada, biarlah hanya menjadi kenangan bersama luka-luka. Biarlah aku sendiri yang merasakan. Perlahan-lahan pasti akan ku hapuskan.
Jika suatu saat kau menoleh kembali ke belakang, kau tidak akan menemukanku lagi di sana. aku telah memilih jalan berbeda dan tidak lagi mengikutimu. Aku terlalu lelah menjadi pelampiasanmu. Aku memang kalah oleh kenyataan, namun aku berusaha memenangkan hatiku sendiri.
Jangan khawatir dengan harapan yang pernah ku bangun serta rasa yang pernah ku persembahkan. Aku hanya perlu membunuhnya, kemudian menguburnya rapat-rapat. Tidak akan ada lagi air mata. Anggap saja itu hanya sepintas kisah lalu yang hilang bersama sang waktu. Jangan mengungkitnya lagi, aku telah melupakan segala yang pernah terjadi. Kini, aku bukan lagi orang yang akan mengikutimu. Pilihlah jalanmu, sedang aku akan memilih langkahku sendiri.
Comments
Post a Comment