Kamu
memang pernah menjadi seseorang yang cukup dalam ku semogakan di hari lalu.
Mungkin hal itu pula yang membuatmu bisa bertingkah semaumu. Membiarkanku yang
tetap berusaha bertahan menghadapi sikapmu yang kian hari kian menumbuhkan luka
di dadaku.
Jangan
lupakan satu hal, seseorang yang memperjuangkanmu juga memiliki titik lelahnya.
Ketika kamu tidak pernah mau memahami sedalam apa luka-luka yang kau tancapkan.
Saat kamu tidak pernah menyadari, sekeras kepala apa seseorang itu bertahan.
Kamu harus tahu, tidak ada perasaan cinta yang akan tetap berdiri kokoh setelah
berulang kali dihempas percuma.
Jangan
pernah mencoba kembali, setelah kamu memilih pergi di hari itu. Setelah
berkali-kali rasaku kamu singkirkan, tidak ada lagi alasan bagiku untuk kembali
padamu. Semoga saja, dia yang dulu selalu kamu banggakan bisa mencintaimu
sehebat aku. Semoga saja, dia tidak akan menyeretmu pada luka seperti yang
pernah kamu lakukan padaku di hari lalu.
Kini,
kamu hanyalah orang asing bagiku. Orang asing yang pernah mengisi hari-hariku,
kemudian kembali menjadi asing. Aku telah melupakan perihal kisah yang pernah
kita lalui berdua. Aku menuruti ucapanmu di hari itu yang telah begitu tajam
memintaku untuk melupakan semua yang pernah terjadi antara kita. Dan, aku telah
melakukannya.
Tidak
ada lagi kamu dan rasa yang dulu kupersembahkan untukmu. Aku justru merasa
lebih bahagia tanpa kamu. Jika suatu saat kita bertemu kembali, jangan pernah
bertanya perihal rasa yang sudah kukubur jauh di dalam hati. Aku tidak ingin
menguliknya kembali. Biarlah menjadi sebuah titik hitam yang nantinya akan
terhapus oleh seseorang yang bersedia memperjuangkanku sehebat aku
memperjuangkanmu dulu.
Note: Pict by https://media.deseretdigital.com/file/f8ef497855.jpg?crop=top_0~left_0~width_1000~height_668&resize=width_630~height_421&c=12&a=c0e5b94c
Comments
Post a Comment