Setelah Hari-hari Patah Hati



Aku pernah mencintaimu, memberikan seluruh kepercayaan padamu. Namun tanpa sedikitpun rasa bersalah, kamu buat semua porak-poranda. Kamu menghancurkan kepercayaanku, hanya untuk mendapatkan bahagiamu. Seseorang yang dulu ku banggakan, nyatanya hanyalah penjahat perasaan. Kamu tidak pernah mencoba memahami, sekeras apa aku mempertahankan hati. Kamu membuatku patah, tanpa memedulikan kepingan luka yang telah kamu cipta.

Setelah hari-hari patah hati, aku mencoba menenangkan diri. Menghapus setiap kenangan yang ku rajut bersama ratusan harapan. Aku tidak pernah menceritakan padamu bahwa aku pernah menangis sejadi-jadinya setelah kepergianmu. Aku melarikan diri pada apapun yang bisa membuatku lupa pada luka hati. Aku tidur lebih banyak untuk menenangkan hatiku yang terkoyak. Melarikan diri pada sahabat-sahabatku agar mereka menghiburku, membantu melupakan semua hal tentangmu. Namun aku salah, bayangmu masih bertahta dalam ingatan dengan begitu betah. 

Setelah hari itu, kamu bahkan tetap bersikap baik-baik saja. Tanpa sedikitpun rasa bersalah setelah kau hancurkan hatiku dengan begitu tega. Kamu melupakan semua tentang kita, seperti tidak pernah terjadi apa-apa. Mungkin hatimu terbuat dari baja, mempermainkanku tanpa menghiraukan seperti apa sakitnya. Kamu tertawa bahagia di atas luka yang kamu goreskan dengan cukup parah. Sempat aku berpikir, semenyedihkan itukah hidupmu? Hingga kamu mencari bahagia di atas hati orang lain dengan mencabik-cabik menggunakan belati lara. Sedalam apapun luka ini, aku tidak pernah menginginkanu untuk kembali.

Aku menikmati fase-fase sulit setelah patah hati. Hingga aku menemukan bahagiaku kembali. Tentu saja tanpa ada kamu yang telah membuangku secara percuma. Setelah hari-hari penuh luka, aku kembali ingin mengenang sekeras apa dulu aku mencintaimu. Betapa menyedihkannya aku dulu, ketika mempertahankan seseorang yang sama sekali tidak menghargai usahaku untuk memperjuangkan. Terkadang logika memang tak sejalan dengan cinta. Setelah hari itu, aku baru menyadari. Betapa bodohnya aku di masa lalu. 


Note: Pict by https://data.whicdn.com/images/12885878/original.jpg

Comments