Merengkuh Luka



(Pict by Pinterest)



Gelap belum menelan jingga sepenuhnya.
Temaram mengiringi langkah senja ke batas cakrawala.
Sepasang mata gelap itu menatapku dengan nyata.
Di bawah riuh burung merpati kembali ke sarangnya.

Katamu, aku akan baik-baik saja.
Walaupun, bahagia tidak akan lagi menjadi milik kita.
Katamu, bukan aku atau kamu yang salah.
Namun, takdir memang telah memiliki jalannya,
Sekalipun meletakkan kita pada titik berbeda,
hingga tak ada lagi kata selain pisah.

Langit menaungi dengan muram.
Desau angin membuat sanubari kian suram.
Jemari kita bertaut dalam kelam,
menggiring rasa pada jurang terdalam.

Katamu, cinta tidak pernah ingkar.
Kitalah yang terlalu jauh berlayar,
dan tak temukan haluan putar.
Samar, kulihat wajahmu di sore yang datar.
Sampaikanlah sebaris kelakar,
Sebab, jika kelak suaramu tak lagi mampu kudengar,
biarlah kenangan membuat lara memudar.

Petang di angkasa semakin sendu.
Menjadikan pijakanku terasa semu.
Menerbitkan segaris senyum pilu di bibirmu.
Menyadarkanku, jika semua akan segera berlalu.

Untuk sekali saja,
Izinkan aku menyelipkan sebuah mantra,
sebelum perpisahan benar-benar menyapa.
Tetaplah berbahagia,
meski kuharus merengkuh luka.

Comments