Dermaga di Jantung Lara

Gelisah adalah satu dari sekian banyak hal yang membuatku payah. Sebab kini, kamu tidak lagi bisa untukku jamah. Kamu memutuskan angkat kaki, meninggalkanku bersama nada-nada sumbang di hati yang membuatku gerah. Untaian asa yang pernah kita rangkai bersama telah dipaksa untuk rebah, saat hadirmu menghilang di sela resah.

Barangkali benar, perasaanmu padaku kini telah hambar. Jalinan kenangan tentang kita, mencecar ingatanku ibarat badai yang terus berputar. Sayang, tidak bisakah kamu sekali lagi bertahan? Terlampau sukar bagiku, melepas rasa yang kini harus bertukar posisi dengan sebelangga nestapa.

Di samudera matamu, akulah layung yang bersedia mati demi pertemuan semu. Namun, kamu terlalu pongah pada sepasang lengan yang selalu berusaha mengusap peluh di ragamu yang lelah. Segenap rasa yang kupersembahkan, kamu tebas tuntas dengan lara tak berkesudahan.

Di tepi samudera matamu, aku hanyalah dermaga sunyi dengan kaki penyangga rapuh. Ombakmu tiada henti menghampiriku, mengikis satu per satu hasrat untuk bersamamu. Kamu membuangku bersama seonggok cerita lama kita yang kini sama sekali tidak berarti.

Di tepi samudera matamu, aku hanyalah sebuah dermaga ringkih. Dermaga di jantung lara yang selalu menantimu memijakkan kaki di sini—kembali.

Comments