Rumah


Kamu adalah rumah. Tempat segala rindu berpulang dari pangkuan resah. Senyummu adalah sebelangga tenang yang membuat setiap pertemuan kita terasa kurang. 

Pada segenap jarak yang membentang mencipta celah panjang, kutitipkan secawan rasa yang kini hanya tersimpan sebagai kenang. Bersama langit yang kian temaram, aku meniti lengkung jingga di batas cakrawala yang bersiap untuk terbenam, bersama setitik kisah kita yang nyaris lenyap di pangkal kelam. 

Kamu adalah rumah. Tempat gundahku pernah beristirahat dalam senyap. Deru napasmu masih bisa kudengar hingga kini, menyeruakkan ketidakpercayaan yang semakin dalam menyeretku pada pusaran kehilangan. 

Pada akhirnya, kamu bersikeras mengakhiri semua. Kamu memilih hilang bersama ketenangan yang selalu berhasil menenggelamkanku. Kamu memilih pergi, bersama sejuta resah yang merindukan tempat bernaung. Sementara, aku ibarat merpati tersesat yang kehilangan sangkar untuk melepas penat dan jeritan rindu. 

Aku menunggu, berteman sayup rintih rasa yang kehilangan tempat pulang. Aku menadah setiap rintik hujan yang datang, untuk menemukan selarik petunjuk dimana kamu berada sekarang. 

Kamu tahu, rindu terlalu angkuh untuk diajak berdamai. Ia terus meneriakkan namamu, membisikkan setiap jengkal kisah yang pernah kita bagi bersama dulu. Rindu ini merindukan rumah. Merindukan tatap matamu yang kini tidak lagi terjamah. 

Pulanglah. Aku tidak ingin lagi menjadi merpati kesepian yang dirundung rindu tidak tahu diri. 



Pict by: https://i0.wp.com/darahmimpi.com/wp-content/uploads/2017/11/dove-2516641_640.jpg?resize=300%2C166



Comments