Pengembangan Premis

Beberapa bulan lalu, aku sudah menjelaskan panjang kali lebar tentang "Menemukan Ide". Hal kedua yang harus dilakukan setelah menemukan ide adalah mengembangkan permis. 

"Kenapa harus mengembangkan premis?"

Karena, ide bukan suatu cerita. Untuk membuat ide itu menjadi cerita, maka memerlukan premis.

"Jadi, apa itu premis?"

Premis adalah inti dari sebuah cerita yang ingin kamu sampaikan.

Pada cerita "My Grandmother Asked Me to Tell You She's Sorry", misalnya. Ide cerita itu sebenarnya sederhana, tetapi si penulis bisa membuatnya menjadi cerita yang luar biasa. Ide cerita ini adalah tentang permintaan maaf seorang nenek kepada orang-orang yang pernah ia temui sebelum meninggal. Seandainya si penulis tidak bisa mengembangkan idenya, maka isi cerita itu pasti hanya akan berisi tentang permintaan maaf nenek kepada si A, si B, dan si C. Tapi, tidak. Isi cerita dalam buku itu sangat lengkap. Melalui Elsa, cucu yang diutus si nenek untuk menyampaikan permintaan maaf, cerita itu berkembang. Semua hal yang dibangun dalam cerita itu berperan sebagai panggung untuk Elsa beraksi. Banyak petualangan yang dilakukan Elsa untuk menyampaikan permintaan maaf dari si nenek kepada orang-orang yang bersangkutan. Petualangan Elsa itu yang membuat cerita ini menjadi luar biasa.

"Jadi, premis cerita My Grandmother Asked Me to Tell You She's Sorry apa?"

Buat saya, premis buku ini adalah

"Elsa, seorang anak berusia 8 tahun, kehilangan neneknya yang sangat luar biasa untuk selamanya, lalu ia ditugaskan si nenek untuk menyampaikan pesan kepada beberapa orang, dan menemukan banyak rahasia yang selama ini tidak ia ketahui."

"Bagaimana menyusun suatu premis?"

Premis disusun dengan memerhatikan pembagian berikut:

1. Ketika suatu kejadian membuat karakter bertindak.
Bagian ini adalah suatu pembukaan atau kejadian pertama dalam sebuah cerita. Dalam cerita My Grandmother Asked Me to Tell You She's Sorry, Elsa mengetahui kalau ternyata neneknya menderita suatu penyakit berbahaya.

2. Tindakan tokoh dengan suatu tujuan
Inti dari bagian ini adalah tentang bagaimana tokoh bertindak untuk menghadapi permasalahan. Contohnya, ketika Elsa mendapat perintah dari neneknya untuk menyampaikan pesan kepada beberapa orang, dan setelah itu si nenek meninggal. Pada bagian ini, Elsa masih kebingungan tentang apa yang harus ia lakukan. Pada bagian ini tujuan tokoh mulai dijelaskan, konflik digambarkan, dan tokoh antagonis mulai diperkenalkan

3. Tindakan untuk melawan
Pada bagian ini, tokoh harus bertindak secara nyata untuk menyelesaikan masalah. Elsa mulai memberikan satu per satu surat dari neneknya kepada orang-orang yang bersangkutan.

4. Penyelesaian
Ada bermacam-macam penyelesaian suatu cerita; sad ending, open ending, atau happy ending. Di akhir cerita, Elsa mulai mengetahui tentang kehidupan dari masing-masing orang yang mendapatkan surat dan mengetahui alasan neneknya mengirimkan surat. 

Melanjutkan contoh yang saya buat kemarin, tentang cowok keren yang takut kecoa. 
Menurut saya, premisnya akan menjadi seperti ini:

Roy (17 tahun) cowok ganteng, anggota klub basket, dan hobi tawuran sedang berkencan dengan pacarnya dan menemukan seekor kecoa hinggap di lengan bajunya. ia berteriak dan membuat semua pengunjung cafe terkejut, Tiara yang merasa malu memutuskan Roy saat itu juga, hingga akhirnya berita itu tersebar di sekolah dan Roy kehilangan penggemarnya, suatu hari ia menemukan sebuah buku tentang misi rahasia untuk menghilangkan ketakutannya pada kecoa.

Penggalan contoh premis itu bisa digunakan untuk menyusun outline atau yang biasa disebuat kerangka cerita. Kalau ada waktu, aku akan jelaskan tentang cara menyusun outline.

Comments