Social Media and Insecurity

Sumber gambar: https://i0.wp.com/www.maxmanroe.com/vid/wp-content/uploads/2018/03/Pengertian-Media-Sosial.jpg?resize=640%2C336&ssl=1


Manusia sudah tidak lagi bisa menghindar dari kehadiran media sosial. Bahkan, media sosial seakan sudah menjadi kebutuhan pokok manusia untuk membagikan kegiatan sehari-hari, seperti untuk membagikan cerita ringan, cuhat, atau pun menunjukkan kelas sosial pada banyak orang.

Keberadaan media sosial dalam kehidupan manusia seperti dua mata pisau. Media sosial bisa menjadi sesuatu yang sangat menguntungkan. Aliran informasi yang tidak terbatas dapat memperluas wawasan kita terhadap banyak hal. Namun di sisi lain, media sosial bisa menjadi seuatu hal berbahaya yang bisa membuat kita terjebak, kehilangan kepercayaan diri, kehilangan koneksi di dunia nyata, bahkan kehilangan jati diri. Secara tidak langsung, kehadiran media sosial dapat meningkatkan perasaan insecure pada diri seseorang.

Banyaknya hal yang dibagikan melalui sosial media, membuat kita membandingkan diri dengan kehidupan orang lain. Melalui Facebook dan Instagram kita bisa melihat foto-foto kehidupan orang lain yang terkesan sangat menakjubkan. Melalui Youtube, kita dapat melihat banyak video yang menunjukkan seakan orang lain lebih bertalenta daripada kita. Hal-hal seperti itu dapat membuat kita terinspirasi. Namun, tidak jarang juga membuat kita merasa kehilangan kepercayaan diri dan merasa hidup kita tidak menyenangkan.

Sebagian besar dari kita banyak menghabiskan waktu untuk berselancar di media sosial. Tanpa sadar, hal tersebut membuat kita mulai membandingkan diri dengan kehidupan orang lain. Saat kita melihat sebuah foto yang terkesan sangat menakjubkan, kita akan mulai menilai bahwa hidup orang dalam foto itu sempurna dan menyenangkan. Kemudian, kita akan mulai merasa bahwa hidup kita tidak seperti mereka, dan berpikir, "mengapa aku tidak bisa menjadi seperti dia?"

Tidak selamanya media sosial menampilkan sisi yang sebenarnya dari seseorang. Banyak orang yang mengedit foto mereka terlebih dahulu, sebelum membagikannya ke media sosial. Banyak orang yang hanya menunjukkan kebahagiaan, tanpa orang lain tahu bahwa di balik itu ada banyak perjuangan yang tidak terlihat. Kita akan selalu berusaha menampilkan yang terbaik. Tanpa sadar hal itu membuat kita tidak hanya membohongi orang lain, tetapi juga orang lain.

Seseorang yang ingin tampak cantik di media sosial, akan mengambil banyak foto dengan berbagai gaya. Dia hanya akan menggunakan foto terbaik untuk dibagikan. Berbagai aplikasi edit foto akan menjadi pilihan utama demi terlihat lebih sempurna dibanding orang lain. Tidak hanya membohongi diri sendiri dan orang lain, hal tersebut juga menimbulkan persaingan antar pengguna media sosial.

Selain merasa bahwa hidup kita tidak semenyenangkan orang lain, perasaan insecure juga dapat hadir setelah kita membagikan sesuatu di media sosial. Kita akan merasa was-was tentang apa yang orang lain katakan tentang postingan tersebut. Kita akan merasa tidak tenang dan mulai berpikir, apakah orang lain menyukai postingan tersebut? Perasaan itu akan semakin memuncak saat mengetahui bahwa respon yang kita dapatkan tidak sesuai dengan harapan. Contohnya, kita tidak mendapat like dan komentar sebanyak yang orang lain dapatkan. Atau, kita mendapat komentar buruk dari pengguna media sosial yang lain. 

Ketidaksesuaian harapan dengan kenyataan yang didapatkan, berpotensi membuat seseorang merasa rendah diri dan berpikir bahwa keberadaannya tidak diterima. Padahal, tidak. Itu hanya media sosial. Kita tidak akan pernah tahu bagaimana sebenarnya kesan orang lain terhadap kita di dunia nyata hanya melalui media sosial.


Comments